Minggu, 22 November 2015

AS-China Mengenai Kesetaraan Gender dan Pandangan dalam Islam


            Kesetaraan gender memang sudah menjadi hal yang lumrah diperbincangkan untuk negara-negara besar atas nama hak asasi manusia. Namun pada prakteknya beberapa negara yang mengklaim dirinya sebagai negara yang menyetarakan gender justru mengekang hak perempuan. Keteraraan gender ini bermula dari sejarah panjang perempuan pada zaman dahulu yang dijadikan sebagai properti bagi negara dan kaum laki-laki. Hal ini yang pada perkembangannya menimbulkan pemberontakan untuk menyetarakan gender, menurut para pemikir barat. Perlakuan yang semena-mena terhadap perempuan membuat mereka berjuang untuk berada diposisi yang sama dengan laki-laki atas nama HAM. Menurut Machiavelli, perempuan merupakan properti dimana laki-laki bebas berhungan dengan perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan dan anak mereka adalah milik negara yang akan dipelihara oleh negara.
            Peristiwa sejarah ini sangat membekas untuk perempuan hingga keluarlah Feminisme dari yang biasa hingga yang ekstrimis dimana membenci laki-laki. Di zaman yang modern ini, tuntutan untuk menyetarakan gender semakin luas terutama dinegara penganut demokrasi seperti Amerika. Demokrasi ala barat yang menjunjung tinggi kebebasan pada akhirnya memunculkan kebebasan untuk menyatakan hak perempuan hingga mereka membentuk kelompok feminis tersebut. Memang penulis akui bahwa kesetaraan gender membawa perempuan dalam kemuajuan diberbagai bidang yang sebelumnya sangat dikekang oleh kaum lelaki. Namun, tidakkah kita sadari bahwa hakikat perempuan tidak bisa disama-ratakan dengan lelaki menurut Islam? Menurut kaca mata Islam, agaknya kita terlalu terlenan dengan sistem pemerintahan demokrasi dan segala kebebasannya hingga melupakan kodrat kita sebagai perempuan.
            Bukan hanya negara demokrasi yang menyatakan kesamaan gender seperti Amerika Serikat, namun negara komunis seperti Cina juga menganut hal yang sama. Cina baru-baru ini menyatakan dalam sidang PBB bahwa negaranya menjunjung tinggi kesetaraan gender (www.cnnindonesia.com, 2015). Hal ini langsung menjadi perbincangan manakala fakta mengatakan bahwa Cina telah menahan lima perempuan di hari Perempuan Internasional (www.cnnindonesia.com, 2015). Akibatnya Cina melalui pernyataan Presiden Cina, Xi Jinping mendapat kritikan dari rivalnya Amerika Serikat. Amerika Serikat berpendapat bahwa Cina terlalu percaya diri dalam menyatakan atas kesetaraan gender dimana pada kenyatannya justru menahan perempuan di Hari Perempuan Internasional. Kemudian hal ini dipertegas oleh Cina dengan menjanjikan memberi sumbangan sebesar US$10 juta pada badan gender PBB.
            Hal ini dapat penulis analisa dimana masih ada saja negara yang mempermainkan gender untuk kepentingan negaranya. Meskipun tuntutan kesetaraan gender terus dikumandangkan, namun tetap saja dari peristiwa ini menunjukkan bahwa masih rendahnya perempuan dimata laki-laki. Memang tidak semua negara bertindak demikian, seperti negara Islam dimana memperlakukan perempuan dengan baik hingga mereka tidak perlu menuntut kesetaraan gender karena telah terpenuhi haknya sebagai perempuan sesuai dengan Islam. Amerika Serikat dan Cina memiliki kesamaan sejarah dimana menepatkan perempuan serendah-rendahnya. Namun perbedaannya berada pada sistem pemerintahan dimana Amerika Serikat menganut sistem demokrasi liberal , sedangkan Cina yang menganut sistem komunis dimana ada kontrol dari pemerintah.
            Pandangan gender menurut Islam sesungguhnya adalah dimana menempatkan perempuan dibawah laki-laki karena Allah mencipkatan keduanya berbeda, maka hak yang diterima berbeda pula. Perempuan pada hakikatnya harus patuh terhadap laki-laki selama laki-laki tersebut masih beriman kepada Allah. Dalam Islam, tugas perempuan atau seorang istri adalah berbakti kepada suaminya. Namun hal ini seiring berkembangnya zaman mendapatkan kritikan dari pemikir barat dimana perempuan dihapus haknya untuk bebas. Hal ini pulalah yang membuat yang membuat perempuan merasa terkekang haknya dan kemudian menuntut kesetaraan gender.
            Barat memandang Islam sebagai agama yang tidak memperhatikan hak asasi manusia disegala aspek kehidupan contohnya dalam HAM, kebebasan dan gender. Islam dalam pandangan dunia barat dan kelompok liberal (moderat) adalah agama yang tidak memberikan kesempatan dalam menghargai wanita atau dipahami secara parsial (Gonda Yumitro, t.t). seperti yang penulis jelaskan sebelumnnya, hal ini yang mengakibatkan banyak negara menyetarakan gender atas HAM yang bukan hanya berlaku untuk laki-laki, namun juga untuk perempuan. Menurut pandangan Islam apa yang dilakukan barat untuk menyamaratakan gender adalah salah dimana dalam penciptaannya, Allah menciptakan dengan berbeda detail dema detailnya. Maka, kembali bahwa hukum Islam berbeda dengan ideologi barat. Apa yang dilakukan Islam semata-mata untuk menyelamatkan umatnya dari segala macam yang membahayakan mereka dan menyadarkan kodrat sebagai manusia.
            Kembali pada apa yang dilakukan oleh Cina, sebenarnya membuktikan bahwa perempuan tidak akan pernah setara dengan laki-laki. Terbukti dengan perlakuan pemimpinnya yang masih menyepelekan perempuan demi kepentinga negaranya. Penulis tidak ingin membenarkan perlakuan Cina terhadap perempuan, namun penulis ingin memberikan salah satu bukti bahwa gender pada akhirnya dijadikan alat untuk mendapatkan kepentingan.  Kesetaraan gender dibeberapa negara memang membawa keberhasilan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik dan lain sebagainya. Namun jika dari sudut pandang Islam, perempuan tidak bisa disetarakan dengan laki-laki. Bukankah kita Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam? Maka secara logika, kekuatan perempuan tidak akan sama dengan laki-laki. Maka, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran tidak memena-mena menggunakan akal-pikiran saja, namun kita harus kembalikan pada hakikat kita sebagai perempuan yaitu berada dibawah laki-laki atau pahut pada suami.
Sumber
Gonda Yumitro, Islam and Gender, dalam  http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/, diakses pada tanggal 22 September 2015 pukul 20.12

CNN Indonesia, Cina Dikritik Soal Rekam Jejak Hak Perempuan, melalui http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150928030101-113-81265/china-dikritik-soal-rekam-jejak-hak-perempuan/, diakses pada 22 November 2015 pukul 20.22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar